Mengenal EGFR-TKI: Terobosan Terapi Target pada Kanker Paru

BAGIKAN

Beban pembiayaan kanker paru yang tinggi tetap menjadi prioritas global termasuk Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Globocan 2022, kanker paru merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker payudara dengan hampir 40.000 kasus baru tiap tahunnya. Kanker paru terbagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan jenis selnya, yakni Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) dan Kanker Paru Karsinoma Sel Kecil (KPKSK). Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil merupakan jenis kanker yang paling umum dengan angka kejadian sekitar 85%. KPKBSK dikelompokkan Kembali menjadi tiga subtype, adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma sel besar. Adenokarsinoma paru merupkan jumlah subtipe yang paling umum dan sekitar 40-60% pasien Asia mengalami mutasi pada gen Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR)

EGFR atau epidermal growth factor receptor  adalah protein di permukaan sel yang berfungsi dalam pertumbuhan sel. Ketika terjadi mutasi pada EGFR, sel akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dan dapat menyebabkan kanker. Pada kasus kanker paru dengan mutasi EGFR, tatalaksana terapinya adalah obat yang menghambat aktivitas EGFR, yang dikenal sebagai EGFR tyrosin kinase inhibitor (EGFR-TKI). EGFR-TKI  digunakan sebagai terapi lini pertama pada pasien kanker paru dengan mutasi EGFR positif.  EGFR-TKI menghambat aktivitas enzim tirosin kinase yang terlibat dalam pertumbuhan sel. Contoh obat yang masuk ke dalam EGFR-TKIs :

  • Generasi pertama : Erlotinib dan Gefitinib
  • Generasi kedua : Afatinib
  • Generasi ketiga : Osimertinib

Terapi EGFR-TKIs diberikan secara oral sehingga memudahkan pasien dan memiliki efek samping yang lebih ringan dibandingkan kemoterapi. Meskipun bekerja secara spesifik, EGFR-TKIs dapat menimbulkan efek samping seperti ruam kulit, diare, mata kering, gangguan pengelihatan, serta kelelahan.

Saat ini, tantangan terbesar dari penanganan kanker paru adalah resistensi terhadap EGFR-TKIs. Beberapa penyebab umum adalah munculnya mutasi baru yang memicu resistensi.  Maka, jika terjadi progresivitas penyakit diperlukan pemeriksaan biomolekukar ulang dengan biopsi jaringan atau biopsi cairan untuk mendeteksi adanya kemungkinan mutasi baru yang muncul untuk pemilihan terapi selanjutnya.

Sumber

Ambarita, N. M., Soeroso, N. N., Ananda, F. R., Tarigan, S. P., & Zalukhu, F. . Characteristics of EGFR gene mutation in lung adenocarcinoma at Adam Malik General Hospital. Jurnal Respirologi Indonesia.2022:42(3), 170-5.

 . GLOBOCAN 2022: Cancer today. [Internet].2022 [cited 26 April 2025]. Available from:  https://gco.iarc.fr/today

Hubungi Kami: +62811 1707 0111