Kejadian kanker paru jenis Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC), mendekati 80-85% dari seluruh kanker paru. Sebagian besar, pasien kanker paru terdeteksi pada stadium lanjut dan metastasis. Berdasarkan tatalaksana pengobatan kanker paru, direkomendasikan pemeriksaan mutasi Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR) untuk menentukan jenis pengobatan yang tepat. Fakta yang menarik, populasi Asia memiliki angka kejadian mutasi EGFR yang lebih tinggi dibandingkan populasi kulit putih. Dalam studi PIONEER yang merupakan studi prospektif tentang epidemiologi EGFR, khususnya pasien dari Asia (China, Hong Kong, India, Filipina, Taiwan, Thailand, dan Vietman), diperoleh frekuensi EGFR mutasi secara keseluruhan untuk populasi Asia sebesar 51,4%. Pemeriksaan mutasi EGFR dapat dilakukan dengan mengambil analisis sampel jaringan paru-paru (biopsi) atau sampel darah (ctDNA) untuk mendeteksi mutasi pada gen EGFR.
Faktor Risiko Terkait Mutasi EGFR
Selain ras, ada beberapa faktor yang dikaitkan dengan peningkatan angka kejadian mutasi EGFR, antara lain:
- Jenis Kelamin : Wanita memiliki frekuensi mutasi EGFR yang lebih tinggi dibandingkan pria.
- Jenis subtipe kanker paru : Jenis subtipe kanker paru adenokarsinoma memiliki angka kejadian atau prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan jenis subtipe lainnya.
Dampak Klinis Mutasi EGFR
Dengan adanya mutasi pada gen EGFR, pasien yang memiliki mutasi EGFR dapat memiliki alternatif pengobatan untuk menggunakan obat golongan penghambat tyrosine kinase/tyrosine kinase inhibitor (TKI) seperti erlotinib, gefitinib, afatinib, dan osimertinib. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan saat ini sudah menanggung penggunaan obat-obatan erlotinib, gefitinib, dan afatinib . Selain pemberian obat TKI ini lebih nyaman karena dapat dikonsumsi oral, efek samping dari obat-obat golongan TKI juga lebih ringan dibandingkan kemoterapi standar yang diberikan lewat injeksi. Namun, biasanya pasien mengalami resistensi terhadap obat TKI berkembang dalam 9-13 bulan sehingga perlu pemantauan dan penyesuaian terapi.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, ras Asia khususnya kelompok ras Asia Timur, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami mutasi EGFR pada kanker paru dibandingkan dengan kelompok ras lainnya. Faktor lain yang dapat meningkatkan angka kejadian mutasi EGFR adalah jenis kelamin perempuan, status merokok, dan jenis kanker paru dapat meningkatkan angka kejadian mutasi EGFR. Pemeriksaan mutasi EGFR dan status mutasi dapat berperan sangat penting dalam menentukan tatalaksana pengobatan kanker paru secara personal.
Referensi:
Ambarita, N. M., Soeroso, N. N., Ananda, F. R., Tarigan, S. P., & Zalukhu, F. (2022). Characteristics of EGFR gene mutation in lung adenocarcinoma at Adam Malik General Hospital. Jurnal Respirologi Indonesia, 42(3), 170-5.
Sari, L., & Purwanto. (2016). Mutasi EGFR pada Non-Small Cell Lung Cancer di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”. Indonesian Journal of Cancer, 10(4), 166–170.